Minggu, 11 April 2010

Reproduksi Naskah : Ringkasan, Abstrak dan Penjabarannya.

1. MENYUSUN ABSTRAK

1.1 Pengertian umum
Abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca tentang apa yang terdapat dalam suatu tulisan. Pada umumnya abstrak diletakkan pada bagian awal sebelum bab-bab penguraian. Menurut sifatnya, abstrak dapat dibagi menjadi abstrak yang bersifat deskriptif yang dalam bahasa Inggris disebut Abstract dan abstrak yang bersifat informatif. Abstrak informatif terbagi menjadi ringkasan (precise) dan ikhtisar (summary). Dalam tulisan ilmiah yang disusun untuk memperoleh gelar lewat penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi, umumnya jenis abstrak yang digunakan adalah yang berwujud ringkasan, sedangkan ikhtisar lebih banyak digunakan pada tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam bentuk buku.

1.2 Abstrak Deskriptif atau Abstract
Sebagai abstrak deskriptif, abstrak hanya menyajikan uraian yang sangat singkat tentang isi tulisan tanpa menyatakan apa yang dibahas dalam aspek-aspek yang tercakup pada tulisan itu sendiri. Dengan kata lain, untuk menjelaskan gagasan utama yang terdapat pada tulisan, Abstrak cukup disusun dalam kalimat tunggal sehingga Abstrak tidak memerlukan perincian yang bersifat detil ataupun contoh-contoh yang bersifat ilustratif. Pandangan penulis tentang karyanya pun tidak akan tampak dalam Abstrak. Pendek kata, pada Abstrak penulis hanya menyajikan hal-hal yang bertalian dengan topik atau menyajikan semata-mata tentang problematika yang terdapat dalam tulisannya. Berikut di bawah ini merupakan satu contoh abstrak yang diambil dari artikel yang ditulis oleh Djoni Dwijono, “Mendayagunakan Komputer Pribadi secara Maksimal dengan Ergonomics” dalam Buletin Informatika No. 13 tahun III/1997, hlm. 74 : Konsep Ergonomics telah melahirkan inovasi-inovasi yang baru di bidang disain mesin dan selalu berkembang dari waktu ke waktu agar mampu menghasilkan mesin yang benar-benar memaksimalkan kemampuan dan daya kerja manusia. Akan tetapi dalam perkembangannya, ergonomics tidak hanya meliputi disain mesin melainkan juga meliputi cara kerja, prosedur-prosedur maupun lingkungan yang mendukung usaha kerja manusia berkat penelitian, pengembangan, dan inovasi yang kreatif.

1.3 Abstrak Informatif: Ringkasan (Precise)
Ringkasan merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan dengan memperlihatkan urutan dari isi atau bab-bab yang terdapat dalam tulisan. Dalam bentuknya yang singkat itu, urutan tentang isi atau bab-bab tulisan disajikan secara proporsional. Pada prinsipnya di dalam ringkasan, gagasan dan pendekatan penulis telah tampak dan problematika berikut upaya pemecahan yang ada dalam tulisan disajikan berurutan sesuai bab-bab yang ada. Adakalanya ilustrasi juga disertakan dalam ringkasan.
Adapun ringkasan dapat dicontohkan dari karya terjemahan yang berjudul Komputer:
Tantangan Baru di Bidang Hukum yang diterbitkan oleh Airlangga Universiti Press pada tahun 1991 : Pembaca tidak harus memiliki pengetahuan yang mendalam baik dalam bidang Ilmu Hukum maupun Ilmu Informatika karena buku ini hanya menyajikan suatu sudut pandang sederhana tentang perubahan yang terjadi dalam ketentuan-ketentuan di bidang hukum dengan meluasnya penggunaan komputer. Bab pertama berisi uraian singkat mengenai cara kerja komputer dan empat bab berikutnya menguraikan akibat-akibat yuridis dari pengunaan komputer ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Tata Negara. Dari bab lima hingga bab delapan berisi uraian yang meliputi cara kerja komputer, bank data, otomatisasi oleh penguasa hingga peran komputer di bidang pendidikan yang kesemuanya dapat menjadi titik perhatian para ahli hukum maupun perancang undang-undang. Akhirnya buku ini lebih merupakan sumbang pemikiran agar ilmu hukum dan praktek hukum mampu menjawab tantangan jaman karena masyarakat yang senantiasa berubah.

1.4 Abstrak Informatif: Ikhtisar (Summary)
Abstrak yang berbentuk ikhtisar sebenarnya sering digunakan para penulis dalam membuat kutipan secara tidak langsung ataupun di dalam menyimpulkan suatu uraian. Sebagai salah satu bentuk abstrak, ikhtisar juga merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan namun tidak mempertahankan urutan bab-bab yang ada seperti halnya pada ringkasan. Dengan demikian, problematika dan upaya pemecahan yang tersaji dalam tulisan dijelaskan secara ringkas dan bebas tanpa memberikan penjelasan mengenai isi dari seluruh tulisan secara proporsional. Ilustrasi pun kadang juga diperlukan dalam sebuah ikhtisar.
Dari uraian mengenai Abstrak, Ringkasan, dan Ikhtisar, maka dapat diketahui bahwa uraian yang disajikan baik dalam bentuk ringkasan maupun ikhtisar sifatnya tidak sesingkat abstrak. Selain gagasan utama yang dikandung dalam tulisan, pada ringkasan maupun ikhtisar disertakan ilustrasi untuk menjelaskan aspek-aspek yang dibahas dalam tulisan. Pada ringkasan sekalipun penyajiannya menurut bab-bab yang ada, namun adakalanya mengabaikan bab yang kurang penting seperti halnya pada penyusunan ikhtisar.

1.5 Panjang Abstrak
Tidak terdapat patokan yang absolut mengenai besar kecilnya ringkasan maupun ikhitisar namun bagi penulis pemula dapat mempergunakan patokan seperti misalnya apabila jumlah halaman tulisan adalah 250 halaman, maka proporsi untuk ringkasan atau ihtisar dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Jumlah halaman X baris setiap halaman X kata dalam dalam satu baris. (250 x 25 x 9 ) = 56.250 kata maka jumlah halaman ringkasan atau ikhtisar yang dibutuhkan adalah : 56.250 : (25 x 9) = 250 kata = 1,1 halaman berukuran kuarto dalam 1 spasi atau 2,5 halaman dalam 2 spasi pada kertas berukuran kuarto.
Patokan untuk menentukan jumlah baris dalam satu halaman maupun jumlah kata dalam satu baris seperti digunakan pada contoh di atas adalah berasal dari standar masyarakat ilmiah bahwa huruf yang dipakai untuk karya ilmiah adalah berukuran PICA pada mesin ketik atau sama dengan jenis huruf Times New Roman 12 pada program pengolah kata MS Word dan sejenisnya.
Rumus untuk menentukan ukuran ringkasan atau ikhtisar seperti di atas hanyalah gambaran umum yang tidak perlu ditetapkan secara ketat karena yang penting adalah ukuran dan keseimbangan proporsional dengan besar tebal tipisnya sebuah tulisan.
2. RINGKASAN
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat ringkasan. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.
3. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
1. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
2. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
3. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
4. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
5. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
6. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
7. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
8. Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.
9. Panjang ringkasan berupa jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per halaman adalah: 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.


Beda Abstrak dan Ringkasan
Sumber : http://mahmudisiwi.net/beda-abstrak-dan-ringkasan/
Contoh Abstrak :

Metode Langsung: Cara Praktis Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Indonesia

Anton D. Pratomo
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Abstrak

Sistem pengajaran bahasa Indonesia yang efektif dan komunikatif untuk orang-orang asing yang akan bekerja di Indonesia atau yang akan tinggal cukup lama di Indonesia menjadi fokus utama sajian saya berdasarkan pengalaman dan penelitian sederhana saya.
Berbicara bahasa Indonesia tidak hanya menyediakan informasi-informasi penting dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam perangkat kehidupan sosial, tapi juga menyangkut apa yang sebenarnya diinginkan si calon pengguna itu untuk mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi. Karena itu keberhasilan guru dalam mengajar bahasa Indonesia kepada orang asing harus meliputi unsur-unsur lengkap yang dilihat dari segala segi, misalnya dari sudut linguistik, sosiolinguistik dan psikolinguistik. Selain mengajarkan mereka hal-hal yang mendasar mengenai tata bahasa, struktur dan keterampilam berbahasa, juga diajak untuk terlibat secara langsung pada unsur-unsur budaya, sehingga mereka akan menyadari juga peran dan asal bahasa dan budaya Indonesia.
Umumnya mereka ingin segera dapat menguasai kemampuan mereka berbahasa Indonesia mengingat keberadaan mereka yang tidak terlalu lama di Indonesia, atau dikejar oleh kebutuhan lingkungan kerja mereka. Untuk itu perlu suatu metode yang tepat dan efektif yang dapat digunakan demi mencapai target yang mereka inginkan.


Contoh Abstrak:
Kebiasaan Konsumsi Air Minum dan Minuman Lainnya
pada Remaja di Daerah Pantai dan Pegunungan
Dodik Briawan, Hardinsyah, Zulaikhah, Marhamah
Abstrak
Desain studi ini cross-sectional yang dilakukan di Jakarta Utara (pantai) dan di Bandung Barat (pegunungan) dengan suhu rata-rata harian 22oC dan 28oC. Sampel dipililih secara acak dari sekolahan berturut-turut sebanyak 110 orang dan 99 orang dari masing-masing lokasi. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, dan recall selama satu minggu untuk frekuensi konsumsi aneka jenis minuman. Sebagian besar (73,2%) remaja di pegunungan lebih menyukai air minum (air putih) tanpa kemasan. Namun kebiasaan tersebut berbeda untuk di daerah pantai, yaitu proporsi remaja yang mengkonsumsi air minum tanpa kemasan relatif sama dengan air kemasan (52,3% dan 47,7%). Berdasarkan konsumsi minuman seminggu yang lalu, frekuensi konsumsi air minum tanpa kemasan lebih rendah di pantai (3,5 kali/hari) dari pada di pegunungan (4,6 kali/hari). Tetapi untuk frekuensi air minum kemasan lebih tinggi di pantai (3,9 kali/hari) dibandingkan di pegunungan (1,8 kali/hari). Alasan remaja lebih menyukai air minum kemasan dan tanpa kemasan adalah 80-85% karena faktor keamanannya. Jenis minuman lainnya yang disukai remaja adalah teh dan kopi, yaitu dikonsumsi oleh 87% remaja di pantai dan 83% di pegunungan. Frekuensi minuman tersebut 10,3 kali/minggudi pantai dan 11,5 kali/minggu di pegunungan. Susu dan yougurt dikonsumsi oleh 75% di pantai dan 61% di pegunungan, dengan frekuensi berturut-turut sebesar 8,3 kali/mingggu dan 5,5 kali/minggu. Jenis minuman lain seperti jus, minuman karbonasi, minuman elektrolit, jamu, jelly, sari buah frekuensi konsumsinya sangat kecil, yaitu kurang dari 1-2 kali/minggu. Dari pola frekuensi konsumsi minuman tersebut, tampak bahwa air minum kontribusinya paling besar didalam menyumbang total asupan air ke dalam tubuh remaja.
Key words: air minum, frekuensi konsumsi minuman, remaja, pantai, pegunungan

Contoh Ringkasan:
Masalah ketahanan pangan dan juga masalah kemiskinan pada hakikatnya merupakan masalah pembangunan masyarakat pedesaan. Sehingga arah pembangunan ketahanan pangan seharusnya difokuskan pada upaya-upaya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat di pedesaan, khususnya keluarga (rumah tangga) petani gurem. Agar kepentingan pemerintah dan kepentingan petani dalam upaya pembangunan ketahanan pangan dapat diharmoniskan, maka dibutuhkan pemberdayaan petani agar mereka dapat berperansetara (subyek to subyek) dengan pemerintah. Jika kondisi ini tercapai, maka adalah suatu keniscayaan pembangunan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dapat diwujudkan.
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menyusun model pemberdayaan petani untuk mempercepat terwujudnya kemandirian dan keberlanjutan ketahanan pangan rumah tangga dan nasional. Pemberdayaan petani merupakan jalan bagi partisipasi petani dalam program-program ketahanan pangan masyarakat sehingga mampu mewujudkan desa mandiri-sejahtera. Sedangkan tujuan jangka pendek penelitian ini adalah melakukan review arah, tujuan, pendekatan program-yang terkait dengan kebijakan ketahanan pangan (terutama program desa mandiri pangan); mengkaji dinamika sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat desa di daerah rawan pangan berbasis pada keragaman modal sosial lokal dan ekologi setempat; serta mengkaji kelembagaan lokal dan ketahanan pangan rumah tangga petani.
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, pada tahun II tahapan kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menganalisis dinamika sosial, ekonomi, politik tata kelola ketahanan pangan masyarakat desa; (2) menganalisis pengembangan kelembagaan ketahanan pangan lokal dalam mendukung ketahanan pangan rumahtangga petani; (3) mencari bentuk (model) pemberdayaan petani berdasarkan strategi komunitas (sosio-budaya-ekonomi-politik) dan strategi agroekosistem; (4) menyusun ciri-ciri rumah tangga petani mandiri dan sejahtera.
Penelitian dilakukan di dua provinsi, yaitu: Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di setiap provinsi ditentukan satu kabupaten yang telah ditetapkan sebagai lokasi program aksi desa mandiri pangan (TA 2006), yaitu untuk Jawa Barat adalah kabupaten Garut: desa Cigadog kecamatan Cikelet dan desa Girijaya kecamatan Kersamanah; dan untuk Jawa Tengah adalah kabupaten Klaten: desa Jambakan kecamatan Bayat dan desa Glagah kecamatan Jatinom.
Metode yang digunakan dalam penelitian tahun II adalah pendekatan kualitatif (data yang digunakan data kuantitatif dan data kualitatif) dengan studi kasus desa, pendekatan partisipatif dan analisis gender, serta analisis stakeholder dan musyawarah. Pendekatan kualitatif (diskusi dan wawancara mendalam) untuk mengkaji dinamika masyarakat pedesaan. Pendekatan partisipatif dan analisis gender untuk menemukan model pemberdayaan petani. Analisis stakeholder dan musyawarah digunakan untuk merumuskan kriteria rumah tangga petani mandiri dan sejahtera.
Hasil penelitian tahun II menunjukkan bahwa:
1. Implementasi program mandiri pangan sudah memasuki tahun III (tahap pengembangan). Berdasarkan indikator keberhasilan kegiatan yang digunakan untuk mengukur aspek pemberdayaan kelompok afinitas, yaitu: (1) terlaksananya pelatihan teknis, (2) terlaksananya program kerja pendampingan, (3) terlaksananya kegiatan magang, (4) peningkatan akses (permodalan dan pemasaran), (5) terlaksananya kegiatan pengembangan usaha dengan pendapatan yang layak, menunjukkan bahwa perkembangan kelompok di kabupaten Garut relatif lebih baik dibandingkan di kabupaten Klaten. Perkembangan kelompok di desa Girijaya relatif lebih baik dibandingkan desa Cigadog kabupaten Garut. Perkembangan kelompok di desa Glagah relatif lebih baik dibandingkan desa Jambakan kabupaten Klaten.
2. Salah satu faktor penentu keberhasilan perkembangan kelompok afinitas adalah adanya kesesuaian antara usaha yang dikembangkan oleh anggota kelompok dengan kontekstual setempat, yang dipengaruhi oleh dinamika sosial ekonomi politik dan ekologi tata kelola ketahanan pangan masyarakat. Pada dasarnya pola-pola aktivitas nafkah yang dikembangkan merupakan bentuk adaptasi dari dinamika tersebut. Arah perkembangan usaha kelompok desa Girijaya adalah pada kegiatan off farm (kerajinan rumah tangga) dan nafkah di luar desa (dagang), sementara desa Cigadog masih bisa dikembangkan potensi pertanian dan kelautan sebagai basis usaha di pedesaan, dengan syarat ada dukungan politik dan ekologi dalam tata kelola ketahanan pangan masyarakat. Arah perkembangan usaha kelompok desa Glagah juga pada basis kegiatan off farm (industri rumah tangga dan tebasan), serta pengembangan potensi pertanian lahan kering dan buah-buahan, sementara desa Jambakan berkembang ke usaha off farm (industri rumah tangga).
3. Kelembagaan ketahanan pangan (kelompok afinitas) mengalami perkembangan yang berbeda di tiap wilayah, mengikuti tahap persiapan dan penumbuhan yang sudah dilakukan sebelumnya, dan dipengaruhi pula oleh kelembagaan asli dan kelembagaan atas desa. Kelembagaan ketahanan pangan di dua desa di kabupaten Garut dibangun berdasarkan kesepakatan dari warga tiap dusun untuk menentukan anggota, pengurus, jenis usaha sesuai kondisi lokal, dengan didampingi oleh pendamping dan PPL yang cukup kompeten. Kelembagaan asli, lumbung paceklik dan beras parelek yang didasari solidaritas, kerjasama, dan dukungan lembaga pengajian sebagai wadah masuk program serta dukungan pemerintah desa telah membuat kelembagaan ketahanan pangan yang dibangun menjadi semakin kuat. Namun kemampuan ini belum cukup memadai untuk terus berkembang besar, karena dukungan pemerintah atas desa masih lemah. Kelembagaan ketahanan pangan (kelompok afinitas) di dua desa di kabupaten Klaten lebih memprihatinkan perkembangannya karena kelembagaan asli memudar, kelembagaan kelompok afinitas tidak dibangun dengan baik dan tidak didampingi dengan baik pula. Sementara dukungan dari pemerintah atas desa cenderung bersifat instan dan tidak berkelanjutan.
4. Model pemberdayaan petani di setiap desa juga spesifik menurut dinamika masyarakat, perkembangan kelembagaan kelompok afinitas, serta tahapan perkembangan implementasi program mapan. Di kabupaten Garut, kegiatan pemberdayaan kelompok afinitas relatif lebih berhasil dibandingkan kabupaten Klaten, karena kegiatan pendampingan relatif terkawal lebih baik. Situasi konflik politik dan kepentingan aktor sangat mewarnai kegiatan pemberdayaan petani di kabupaten Klaten, sehingga relatif berjalan lebih lambat.
5. Ciri-ciri rumah tangga petani mandiri dan sejahtera juga beragam menurut lokasi. Petani di desa Girijaya kabupaten Garut relatif lebih mandiri secara ekonomi, dan sejalan dengan kesejahteraan ekonomi maupun sosial (pengembangan solidaritas, kerjasama, rasa aman dan tentram. Dalam bahasa sunda: saling asah, saling asuh, dan saling asih). Warga miskin di desa Jambakan kabupaten Klaten belum memiliki kemampuan untuk memperjuangkan hak-haknya mengakses program, perkembangan usaha ke arah off farm masih dikuasai golongan non rumahtangga miskin, didukung oleh kepentingan elite desa. Solidaritas dan kerjasama melemah. Hal ini masih didukung oleh program-program atas desa yang cenderung bersifat instan dan tidak berkelanjutan, hanya untuk kepentingan “image pemerintah atas desa” saja.
Ringkasan Novel: Siti Nurbaya
Sumber : http://awan965.wordpress.com/2009/04/14/ringkasan-novel-siti-nurbaya/
April 14, 2009 — awan sundiawan
SITTI NURBAYA
(Kasih Tak Sampai)
Pengarang : Marah Rusli (7 Agustus 1889-17 Januari 1968)
Penerbit : Balai Pustaka

Hampir semua kritikus sastra Indonesia menempatkan novel Sitti Nurbaya ini sebagai karya penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Secara tematik, seperti yang disinggung H.B. Jassin, Zuber Usman, Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, maupun Teeuw, novel ini tidak hanya menampilkan latar social lebih jelas, tetapi juga mengandung kritik yang tajam terhadap adapt-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Novel ini pula yang pertama kali menampilkan masalah perkawinan dalam hubungannya dengan persoalan adat, yang kemudian banyak diikuti oleh pengarang-pengarang Indonesia sesudahnya.
Pada tahun 1969, novel ini memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah Indonesia sebagai hadiah tahunan yang diberikan setiap tanggal 17 Agustus- kini Hadiah Tahunan Pemerintah ini tidak dilanjutkan lagi.
Berbagai artikel maupun makalah yang membahas novel ini sudah banyak ditulis oleh para pengamat sastra Indonesia, baik dalam maupun luar negeri. Hingga kini, ulasannya masih terus banyak dilakukan, baik dalam konteks sejarah kesusastraan Indonesia modern, maupun dalam konteks social dan emansipasi wanita.
Di Malaysia, novel ini terbit pula dalam edisi bahasa Melayu. Pada tahun 1963 saja, di Malaysia itu, Sitti Nurbaya sudah mengalami cetak ulang ke-11. Untuk pengajaran sastra di tingkat sekolah lanjutan, novel ini merupakan salah satu novel wajib.
Tahun 1991, TVRI menyiarkan sinetron Sitti Nurbaya dengan pemeran utamanya Novia Kolopaking (sebagai Sitti Nurbaya) dan Gusti Randa (sebagai Samsulbahri).
Inilah ringkasannya.
Sutan Mahmud Syah termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk disekitarnya itu, mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak tunggal keluarga kaya-raya itu.
Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih berkata (hlm. 92). Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.
Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun datang menagih janji.
Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.
Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putrid tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sbenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalsni hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.
Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.
Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa malu atas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.
Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.
Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.
Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Dalam pertempuran me;awan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.
Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.



Sumber : http://www.scribd.com/doc/20633418/Ringkasan-dan-Ikhtisar